Days On Hand sebagai Parameter Penilaian Kinerja Inventory Management
Salah satu peran seorang planner yaitu bertanggung jawab dalam hal perencanaan pengadaan material, dan jumlah tingkat finished goods. Hal ini penting karena jika perencanaannya tidak matang maka proses produksi akan terhambat, bahkan yang lebih parah yaitu terjadinya backorder akibat ketidakmampuan dalam memenuhi customer order. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka biasanya planner mengadakan safety stock yang berfungsi untuk mengantisipasi adanya fluktuasi permintaan.
Nilai safety stock ini perlu ditetapkan secara optimal (tidak berlebihan). Karena planner pun dituntut untuk meminimalkan tingkat inventory. Seperti kita tahu bersama, inventory merupakan modal/budget (uang) perusahaan. Jadi kecermatan planner dalam menggunakan budget tersebut ikut menentukan kinerja bisnis perusahaan. Biasanya diukur melalui inventory turnover. Maka penting adanya inventory management yang baik pada perusahaan.
Biasanya sistem pengukuran kinerja inventory management yang diterapkan perusahaan yaitu Days On Hand (DOH). DOH dapat didefinisikan sebagai jumlah hari hingga persediaan saat ini keluar dari stock. DOH diperoleh dari value total inventory dibagi value Cost of Goods Sold (COGS) pada suatu periode, nilainya dalam satuan hari. Biasanya perusahaan menargetkan nilai suatu angka untuk target DOH, misal 50 hari. Jadi secara garis besar, stock yang ada saat ini cukup untuk memenuhi 50 hari proses produksi (secara value).
Kebijakan ini diterapkan untuk memperbaiki rata-rata DOH dan/atau inventory turnover bagi kelompok suatu material. Namun, kebijakan ini suatu hal yang salah karena kebanyakan material memiliki perbedaan replenishment lead time, rata-rata permintaan, standar deviasi permintaan, dan perbedaan tingkat jumlah persediaan. Maka, menetapkan nilai DOH bagi semua item mungkin mudah dipahami dan dilaksanakan, namun hal tersebut secara umum merupakan pendekatan yang lemah dalam menetapkan target tingkat persediaan dan safety stock (Hill dan Zhang, 2010).
Saya ingin menekankan bahwa masih adanya salah persepsi beberapa manajemen yang menjadikan target DOH itu menjadi suatu sasaran bidik, maksudnya yaitu ada beberapa manager yang mengharuskan DOH tepat sesuai angka target misal 50 hari. Padahal target DOH merupakan target angka maksimal yang diperbolehkan manajemen. Hasil DOH yang lebih rendah dari target justru lebih baik. Karena secara value, jumlah uang yang mengendap lebih sedikit sehingga perputaran modal lebih baik.
Kesalahan persepsi ini dipicu oleh kekhawatiran beberapa manajemen oleh tingkat persediaan materialnya. Mereka khawatir jika angka DOH lebih kecil maka kesiapan material untuk proses produksi akan menurun. Maka mereka akan mengusulkan angka DOH yang tinggi kepada pimpinan manajemen. Dengan angka DOH yang tinggi maka "melegalkan" mereka dalam menimbun persediaan.
Padahal angka DOH itu bisa diturunkan dengan cara fokus pada pengaturan item material yang memiliki value besar (misal 5-10 terbesar berdasarkan value), prinsip Pareto. Jadi jumlah item-item dengan value besar tersebut kita atur jumlah seoptimal mungkin. Dan kekhawatiran kekurangan stock dapat kita siasati dengan pengaturan delivery time.
Kesimpulan yang saya ingin berikan yaitu kesalahan persepsi seperti ini masih banyak terjadi. Padahal DOH bukan suatu angka "sasaran bidik" dalam artian harus tepat. Melainkan suatu angka acuan, jika hasil DOH lebih rendah dari target, maka justru lebih baik bagi perputaran uang perusahaan. Sehingga bisnis perusahaan akan berjalan lebih baik. Mengenai kesiapan material, harus dapat disiasati oleh penentuan tingkat safety stock yang optimal dan perencanaan delivery time. Bukan justru menaikkan angka DOH sehingga melegalkan dalam penimbunan stock.
0 comments